Bulan Purnama


Created by : Ufril
Date : 16 November 2017



Agustus, 2017
‘Sesungguhnya ku berpura-pura relakan kau pilih cinta yang kau mau’
            Oh Gerimis. Gadis itu tetap berdiri di tempatnya, walau baru saja dia bergumam tentang gerimis yang mulai membasahinya. Dia merapatkan jaket kebesaran yang seharusnya sudah tak dia pakai lagi sekarang. Jaket merah tua nya itu hanya mengingatkan kepada seseorang yang sering dia tunggu disini.
            “ Taksi, teh ? “ Seorang lelaki menghampirinya dan dia hanya menggeleng lembut.
            Dia kembali memandang ke depan, pelataran sebuah stasiun. Sudah berapa puluh kali dia berada disini, sampai dia hafal setiap sudut stasiun ini. Biasanya seorang lelaki yang selalu dia tunggu akan datang menjemputnya saat dia dengan wajah ceria mengabarkan kedatangannya. Kadang juga dia akan pergi sendiri dengan menggunakan taksi menuju tempat lelakinya berada.
            “ Ngapain sih tiba-tiba bisa sampek sini lagi “ Gadis itu menghela napas lelah. Dia tidak berencana datang ke tempat ini, tapi semenjak tiga bulan lalu hampir setiap sabtu saat dia tidak ada kesibukan, tubuhnya tiba-tiba datang ke tempat ini. Dan dia selalu menyesal pada akhirnya.
            “ Apa kesana dulu aja kalik ya, biar nggak penasaran banget “ Dia berbicara kepada diri sendiri lagi. Dia menggigit kukunya yang tadi terkena air hujan tanda dia sedang gugup. Akhirnya setelah hampir setengah jam berada dibawah gerimis ringan ini, gadis ini bergegas menaiki taksi yang berhenti dan menyebutkan sebuah tempat yang sudah dihafalnya.
                                                                        ***
            Gadis itu terpaku. Dia menyesali dan mengutuk keputusannya mendatangi tempat ini. Dia bahkan tidak bisa bergerak sama sekali. Matanya terkunci dengan adegan di hadapannya. Memang cukup jauh, hampir berjarak 100 meter. Tapi dia cukup yakin lelaki itu adalah lelakinya.
            “ Teh, jangan di jalanan ya “ sebuah suara membuatnya terbangun dari lamunan. Gadis itu hanya meminta maaf sekadarnya lalu menyingkir. Nyatanya dia tak sepenuhnya menyingkir, dia masih memperhatikan lelakinya yang sedang bercanda dengan beberapa temannya dan tentu saja wanita itu.
            Lelakinya tersenyum memandang kearah wanita di sampingnya, membuat dia meringis merasakan sakit di dadanya. Dia berbalik dan menggigit bibirnya dalam. Dia ingin sekali mendatangi mereka, ingin sekali meneriaki dua orang itu dan membuat mereka tahu. Mereka telah menghancurkan hati seseorang dengan pelan. Mereka telah membunuh gadis itu.
            “ Apaan sih kamu, vir. Sadarlah, kamu bukan apa-apa lagi bagi lelaki itu “ Gadis itu sedikit menggeram. Dia tidak suka dengan perkataan yang baru saja dia katakan. Dia tidak suka bahwa itu adalah sebuah kenyataan. Dia dan lelaki itu sudah selesai.
            Gadis itu beranjak setelah menyadari kebodohannya. Dia harus segera pergi sebelum hatinya benar-benar berkhianat seperti tubuhnya yang berkhianat dengannya.
                                                                        ***
September, 2018
            “ lo? lo vira kan? mantannya Bastian? “ Seorang gadis dengan dress santai namun sangat pas ditubuhnya sedikit terkejut dengan suara yang berasal dari belakangnya.
            “ eh... iya. siapa ya? “ katanya dengan canggung saat dilihatnya lelaki yang tidak dikenalnya dengan baju khas wisudawan memandangnya dengan tidak percaya.
            “ ah, gue Deka. temennya Bastian. lo nggak mau kesana? nemuin Bastian? gue yakin dia pasti bahagia lo dateng deh ke acara wisudanya “
            Gadis itu bertambah pucat. bagaimana tidak. Dia ingin sekali datang kesana, menghampiri Bastian dan mengucapkan selamat karena apa yang selalu dia impikan menjadi arsitek akhirnya tercapai, dia ingin memeluknya lalu Bastian mengusap pipinya dan berkata ‘mata sipit seperti bulan sabit kesukaanku’. Apalagi disana ada kedua orang tua Bastian yang sudah sangat dikenalnya dengan baik. Dia merindukan pelukan ibu Bastian dan juga tatapan teduh milik ayah Bastian. Dia ingin sekali kesana.
            “ Gimana? mau gue temenin? “ suara di depannya membuatnya sadar dari lamunan. Lalu dia mengalihkan pandangan kembali kearah Bastian. Gadis itu kemudian memberikan buket bunga yang dibawanya kepada lelaki di depannya ini, dia lalu berlari dengan cepat menghindari panggilan dari sahabat Bastian.
            Gadis itu menghapus air matanya. Dia tahu, dia sudah tidak bisa berada diantara Bastian dan keluarganya. Sudah ada wanita lain yang mengisi tempatnya. Ya, tadi dia lihat wanita itu berada diantara mereka. Wanita itu menggandeng Bastian mesra. Lalu kalau dia datang, dia hanya akan menjadi pengganggu. Dan gadis itu tidak mau menjadi seperti itu.
                                                                        ***
April, 2023
            Seorang gadis dengan balutan gaun putih indah menjuntai sedang mematut dirinya di depan cermin. Hari ini adalah hari bahagianya, tentu saja dia tidak boleh terlihat murung ataupun kurang sedikitpun. Semua sudah siap, mahkota, gaun indah, riasan dan tentu saja senyuman.
            “ Sudah siap? “ suara baritone dibelakangnya dengan diringi sebuah sentuhan lembut dari kedua lengan lelaki ini membuat dia merasa hangat.
            Gadis itu hanya mengangguk. Dia tersipu dengan pandangan memuja dari lelaki ini. Lelaki yang tadi pagi baru saja resmi menjadi pendamping hidupnya. Seorang lelaki yang memang tidak terlalu tampan tapi menyenangkan, lelaki yang tidak terlalu kaya tapi mapan, lelaki yang rela memberikan pengorbanan kepada hatinya yang sudah hampir mati hingga hidup kembali.
            Pasangan ini memasuki ballroom hotel yang sudah disulap menjadi tempat pesta yang megah dan anggun. Kedua tangan mereka saling terpaut. Senyum tak lepas dan juga anggukan terimakasih kepada para hadirin yang sudah datang selalu mereka berikan.
            Mereka duduk di singgah sana, menyalami tamu yang memang tak seberapa ini. Sesekali gadis itu tersenyum dengan guyonan atau godaan yang diberikan para teman atau bahkan lelaki di sampingnya. Hingga rombongan teman SMA nya membuat dia sibuk dan menanti. Iya, dia menanti seseorang. Seseorang yang antara ragu dan tidak ingin diundangnya pada acara pernikahannya kali ini. Seseorang yang entah sengaja atau tidak masih bercokol indah di pikirannya.
            “ Congratulation, Savira Ananta “ kata seseorang itu dengan tulus. Gadis itu ikut membalas dengan sangat tulus. Gadis itu tahu lelaki ini tak lebih baik dari lima tahun semenjak mereka berpisah. Gadis itu menarik lelaki di depannya ke dalam pelukan. Dia tahu sekaranglah saatnya untuk menyelesaikan segalanya. Sekaranglah saatnya untuk melepaskan semuanya. Dia memeluk lelaki itu dengan erat seakan tahu ini adalah pelukan terakhirnya sebelum dia benar-benar melupakan lelaki ini. Dan entah karena terkejut, lelaki di depannya ini baru akan mengalungkan kedua lengan di pinggang gadis itu. Namun gadis itu sadar, ini sudah kelewatan. Dia melepas pelukan keduanya.
            Gadis itu tersenyum kearah lelaki di depannya, air mata lolos dari mata indahnya. Lelaki didepannya tersenyum lalu menghapus air mata itu.
            “ Mata bulan sabit kesukaanku “ Gadis itu terkekeh. Bulan sabit? nyatanya sekarang yang mereka hadapi adalah bulan purnama. Semua hitam, tak berujung. Melihat punggung lelaki itu pergi, dia sadar. Ini bukan kesalahan salah satu dari mereka. Ini kesalahan mereka berdua. Andai lelaki itu tidak menyukai gadis lain, dan andai gadis itu tidak berpura-pura merelakan lelaki itu dengan gadis lain. Mungkin mereka takkan jatuh ke dalam bulan purnama ini.
                                                                        ****

Komentar

Postingan Populer