Hujan Bulan Juni

Hujan Bulan Juni
Created by : Ufril
Date : 30 Mei 2017

Orang-orang menyukai Hujan. Kata mereka hujan adalah hal yang paling indah, karena walaupun mereka tahu rasanya jatuh berkali-kali mereka tetap kembali lagi. Kata mereka bau hujan sungguh menenangkan. Udara sejuk dicampur dengan bau tanah yang asri membuat ketenangan yang begitu memabukkan. Mereka juga berkata, Hujan itu seperti penawar. Kemarau panjang, kehausan, kekeringan bisa disembuhkan dengan hujan. Kata mereka “ berdirilah di tengah Hujan, maka luka dan sesak hatimu akan segera pulih “.

Tidak dengan lelaki itu. Dia hanya menyukai satu hujan. Hujan yang dahulu sangat jarang terjadi, tapi nyatanya kini sudah seringkali muncul karena perubahan musim ekstrim. Dia menyukai satu hujan, yang hanya muncul saat kemarau panjang. Dia menyukai satu hujan, yang kembali jatuh hanya di bulan dan waktu yang sama. Dia menyukai satu hujan, yang menunjukkan eksistensinya untuk menenangkan panas matahari yang sedang terik-teriknya. Dia menyukai satu hujan, yaitu Hujan di bulan Juni.

“ Ka… kamu. Kamu tetanggaku kan ? anak rumah nomor 30 ? seberang rumahku ? “ seorang gadis dengan paras remaja. seragam putih dan juga rok abu-abu yang begitu pas bertengger di pinggulnya membuat beberapa lelaki di kantin sesekali melirik entah lirikan diam-diam maupun terang-terangan.

“ iya, segitu nggak familiernya ya wajahku sampek kamu baru ngenalin aku di pertemuan kedua ini dan setelah baca biodataku “ lelaki dengan setelan yang sama dengan gadis itu –kecuali celana-  menjawab dengan kekehan khasnya.

“ Ugh “ si wanita menggigit bibir dalamnya, menunduk dan menyampirkan rambut dark brown nya dengan tampang yang sangat merasa bersalah. “ sorry, aku bener-bener nggak sadar kalau itu kamu “
“ haha, it’s okey. Gimana ada yang bisa aku bantu ? “

“ hmm, oh itu, aku mau minta formulir masuk club fotografi, dan katanya kamu itu ketua club “ si gadis masih mencoba terlihat tidak canggung karena masih malu dengan kebodohannya tidak mengenali tetangganya ini.

“ iya, aku ada tapi nggak aku bawa sekarang. nanti aja aku anterin ke rumah gimana ? “ si lelaki tersenyum lembut saat akhirnya si gadis mengangguk dengan lamban menyetujui usulnya.

**

“  Dok, ini surat pengajuan cutinya, sudah selesai di tanda tangani oleh Dokter Agil. Dokter kemana aja sih kalau bulan juni ? kok mesti ambil cuti rombongan gini ? “ suara Personalia Rumah Sakit terdengar hingga membuat lelaki yang menjadi lawan bicaranya tersenyum lembut.

“ ada urusan, Bu. Mari bu “ katanya dengan suara khas baritone lelaki dewasa. Dia melangkah menuju ke ruangannya yang berada diujung lorong ketiga. Ruangan dengan nuansa Lilac, dan sunyi yang berada tepat di bagian Bedah Jantung. Menghempaskan tubuh di kursi dan mulai melepas Jas kedokterannya. mulai melihat berbagai hasil check up dari beberapa pasien yang baru saja diantar oleh asistennya. Mulai memberi beberapa catatan di bawahnya dan memberikan post it agar semua catatan itu di ambil alih oleh Dokter rekan kerjanya.

Tadi, ingatan kecil muncul kembali. Ingatan kecil saat-saat yang menyenangkan baginya. Dia memang sering melamun, bahkan beberapa dokter dan perawat disini menjulukinya dokter pendiam karena dia lebih sering berdiam diri daripada berinteraksi dengan orang lain. Dia sudah bekerja di Rumah Sakit ini lebih dari 7 tahun. Semenjak lulus dari co-ass spesialis jantung yang diambilnya, dia mulai ditarik bekerja disini. Tak ada yang istimewa memang, Rumah Sakit biasa di tengah-tengah kota. Walaupun dengan gaji hampir puluhan juta setiap bulan dan posisi sebagai Dokter Kepala bagian bedah jantung, tak membuat dirinya merasa terpenuhi, hatinya tetap saja berlubang hampir 8 tahun ini.

Dia melirik jam di pergelangan tangannya. Pukul 21.00 ternyata, dia mengemasi barangnya dan mulai melangkah pergi menuju rumahnya. Jam segini Jakarta tetaplah menjadi jalanan yang sangat memuakkan. Dia menanggapi beberapa sapaan dari Dokter, perawat bahkan pasien yang lewat. Dia hanya mengangguk kecil kadang tersenyum samar. Tak ada yang berubah sebenarnya, dari dulu hingga sekarang dia memang seperti ini. Hanya saja… Boneka panda ? Lelaki ini mengernyit saat melihat ada gerombolan remaja sedang melewatinya. Salah satu dari remaja itu membawa boneka Panda yang sangat besar. Mungkin ada temannya yang sedang sakit, pikirnya. Tapi bukan keanehan itu yang sekarang sedang menyerangnya, tapi kenangan tentang Panda.

***

“ Kamu mau motret apa buat lomba fotografi tahun ini ? “ tanya seorang lelaki kepada gadis di depannya yang sedang asyik mengarahkan kamera DSLR ke rerumputan di bawahnya.

“ Aku mau ambil Panda “ jawab gadis itu enteng tanpa repot menoleh kearah lelaki yang ada di sampingnya.

Lelaki itu mengernyit heran hingga menimbulkan kernyitan di dahi dan juga pangkal hidungnya “ kenapa Panda ? “

“ Hmm… Nggaktau juga, pengen aja sih. Kan temanya kekeluargaan tuh, menurutku sih Panda itu family banget lah “ alasan yang seketika itu membuat si lelaki mengernyit semakin dalam.

“ menurutmu aku ikut nggak ya tahun ini ? “ tanya lelaki itu mencoba mengabaikan kebingungannya tentang masalah panda tadi.

“ nggak usah aja deh, kamu focus sama ujian nasional aja dulu “ kata si gadis sambil menatap kearah si lelaki yang malah menampilkan senyum mengejek.

“ ah, aku tau kamu nggak ngebolehin aku karena kamu nggak mau ada saingan kan ? “ kata si lelaki dengan wajah menggoda yang langsung membuat si gadis mengernyit sebal.

“ sebel banget ya kalo kamu ikut, kamu tuh pinter banget. udah pasti aku kalah deh “ kata si gadis dengan bibir mengerucut membuat si lelaki tertawa lalu mengacak rambut si gadis dengan sayang.

**

“ Kak Ari, sini deh “ suara lembut seorang gadis membuat focus kameranya berhenti. Dia menghampiri si gadis yang hari ini kelihatan begitu manis dengan dress putih selututnya. Dia menyukai posisinya sekarang, begitu dekat dengan gadis ini. Wangi vanilla yang entah datang dari shampoo ataupun parfum nya membuat Ari tahan berlama-lama menghirupnya.

“ gimana hasil jepretanku ? bagus nggak ? “ Ari mengalihkan fokusnya dari wangi gadis ini ke kamera yang sedang disodorkan di depannya. Dia melihat hasil gambar yang cukup bagus untuk pemula.

“bagus sih, tapi kalo sama hasilku ya kamu kalah lah. aku jadi ikut lomba deh kalo gitu “ kata Ari mulai menakut-nakuti si gadis. Si gadis mulai keliahatan panic dengan ekspresi wajah lucu.
“ iiiih, kak Ari kan kemarin udah janji nggak mau ikut “

“ yakan kemarin, sekarang ya beda lagi “ Ari mulai menggoda nya lagi. Hingga wajah gadis itu mulai memerah dan matanya sudah berkaca-kaca akan menangis.

“ kak Ari jahaat “  suaranya sudah parau membuat Ari langsung merasa bersalah. satu tahun bersama gadis ini dia tahu gadis ini adalah perajuk yang handal. Dia mudah menangis, mudah tertawa, mudah marah.  Semua ekspresi dapat berganti walau hanya hitungan menit. Dia menarik pundak gadis itu ke dalam pelukan lalu menggumamkan kata maaf berulang kali. Harus seperti itu, selalu seperti itu, agar si gadis dapat berhenti dan tersenyum lagi.

***

“ Bapak, silahkan kursi nya ada di nomor E19 “ setelah mengucapkan terimakasih, Pria itu menempati kursi yang sudah ditunjukkan pramugari tadi. Dia terlambat. Mimpi menghampirinya semalam, entah buruk atau baik, yang jelas mimpi itu membuatnya semakin merindukan seseorang. Ia duduk, melihat langit yang berada tepat di depannya. Langit ini bewarna biru, warna kesukaannya.

“ sepertinya hari ini akan cerah “ suara di sampingnya membuatnya menoleh. Dia melihat seorang kakek tua tersenyum kepadanya, seakan mengajak dia untuk mengobrol menghabiskan waktu di pesawat ini. Mau tak mau Ia tersenyum, dia memang pendiam tapi bukan orang yang tak tahu sopan santun.

“ sendirian perginya ? “ tanya kakek itu lagi, sepertinya dugaan Pria itu benar. Kakek ini butuh teman bicara.

“ iya, saya sendirian “ jawabnya singkat dengan senyum tipis.

“ kenapa tidak di temani pacar ? atau jangan-jangan memang jomblo ? “ Kakek ini tertawa keras, membuat Pria itu kebingungan dan juga canggung di waktu yang bersamaan.

“ maaf, saya sudah menikah “ kata Pria itu menunjukkan cicin putih yang bertengger manis di jari manis nya. si Kakek terdiam dan hanya berOh ria. Kegiatan mereka terhenti saat seorang pramugari datang menawarkan minuman dan makanan ringan kepada mereka. Tapi setelahnya Ia terdiam, dia mengingat sebuah kenangan kembali.

***

Ari menarik nafas cukup dalam. Sesak dadanya membuat dia semakin gugup. Jujur ini adalah waktu yang sangat menegangkan untuknya. Selama 24 tahun hidupnya, ini adalah hari yang semoga saja sangat menguntungkan. Ari melihat sekeliling. Ruangan ini sudah di sulap menjadi dekorasi yang romantis. Lilin di tengah kolam membentuk huruf membuat wanita yang melihatnya pasti akan menangis terharu.

“ Kak Ari “ suara gadisnya sudah datang. Dia melihat gadisnya masih mengenakan baju santai untuk kuliahnya tadi pagi, tentu saja Ari tahu, karena Ari selalu mengantar kemanapun gadis ini pergi. Sama seperti pagi tadi, dia mengantar gadis itu berangkat untuk memenuhi ujian tengah semesternya. Tak ada yang janggal di mata gadis itu, dia merasa seperti hari biasa yang dilalui mereka berdua. Tapi ternyata dia salah. Dia diculik oleh beberapa temannya kesini setelah tiga ujian tengah semester berhasil dia lewati.

“ Hai “ sapa Ari yang semakin membuat gadis ini terpaku dengan keadaan yang sedang dilihatnya sekarang.

“ Will you marry me ? “ Dengusan dari beberapa orang yang ada di sekitar mereka terdengar oleh pendengaran sang gadis. Dia tahu Lelaki di hadapannya sekarang sedang sangat gugup, terlihat dari beberapa keringat yang turun di kulit putihnya. Dia juga tahu ini adalah hal paling konyol yang akan di sesali oleh lelaki itu nanti. Tapi, gadis ini juga tahu, ini adalah hal terindah yang pernah dia rasakan selama hampir 22 tahun hidupnya.

“ Tentu saja, Ya “ kata gadis itu mantap. Ari tersenyum sumringah, lalu berdiri dan memeluk gadis di depannya dengan begitu erat.

**

“ Selamat datang, Bapak. Bapak mau istirahat dulu atau mau pergi lagi ? “ tanya seorang wanita paruh baya yang langsung mengambil tas besar dari pria di hadapannya.

Pria itu menyisir seluruh ruangan yang ada di rumah tersebut. masih sama, batinnya. warna biru cerah mendominasi seluruh perabot yang ada di rumah itu. Rumah sederhana dua lantai yang terletak jauh dari perkotaan dengan taman luas. Rumah yang di belinya 8 tahun lalu.

Pria itu berjalan ke lantai dua, membuka sebuah pintu lalu masuk ke ruangan yang ternyata adalah kamar utama dari rumah itu. Ia menghirup wangi yang di rindukannya itu begitu dalam. Mulai mengobati sedikit sesak dan rindu kepada pemilik wangi ini. Dia berjalan menuju kasur besar di tengah ruangan lalu merebahkan badannya menghirup bantal dalam-dalam. Malam itu, dia tertidur dengan tenang.

**

“ Selamat ulang tahun sayang “ Sebuah kecupan dan suara lembut membuatnya terbangun dari tidur indahnya. Dia membuka mata yang terasa sedikit perih karena baru dua jam yang lalu dia terlelap. 

“ ayo bangun. Tiup lilinnya “ suara itu kembali saat dia hampir terlelap lagi. Akhirnya dia sepenuhnya membuka mata dan terlihat sang istri dengan baju tidurnya membawa roti ulang tahun ditangannya.

“ aku ulang tahun? “ dia bingung dengan kelakuan istrinya malam ini. Mungkin karena dia terlalu sibuk dan tidak memperhatikan kalender. 

“ iya sayang, kamu udah umur 26 sekarang. yeaaay selamaaat “ wanita di depannya begitu terlihat gembira. Dia tersenyum dan meniup lilin itu dengan cepat.

“ hadiaaaaah “ sang wanita memberikan sebuah kotak kecil kepadanya. dia mengernyit bingung, namun tetap membukanya dengan penasaran. Sebuah test-pack dan dua  garis merah yang membuatnya terkejut.

“ ini? “ wanita di depannya hanya mengangguk dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Dia tersenyum bahagia lalu menarik wanita itu ke dalam pelukan eratnya.

**

Ari melepas jas dokternya dengan hembusan napas lelah. Dia merindukan wanitanya, istrinya dan calon anaknya. Karena co-ass nya di salah satu rumah sakit terkenal di Jakarta membuat dia harus jauh dari sang istri. Jarak Semarang-Jakarta tidaklah dekat, tidak bisa setiap minggu dia harus pulang walaupun sang istri sekarang sedang hamil 7 bulan. 

“ Drrrtt… Drrrttt…. “ Getaran handphone membuat Ari terbangun dari lamunannya. 

‘ah, nomor rumah. ada apa ya? ‘ pikirnya heran. Tak biasanya jam kantor seperti ini orang rumah akan menelponnya.

“ iya gimana, mbak? “ tanya Ari saat mbak Narni yang ternyata berbicara di seberang.

“ Bapak… ibu, pak. Ibu pingsan di  kamar pak, mulutnya berbusa pak. ini di rumah sakit “ Suara mbak Narni terdengar panik di seberang membuat Ari terkejut.

“ dimana mbak? saya pulang sekarang “ Ari bergegas pergi dari ruangan putih itu menuju ke HRD. 

**

“ Bagaimana kabar kamu, sayang? “ Suara Ari bergetar. Semilir angin di tanah pemakaman tak membuatnya merasa tenang. Di depannya tertampang jelas sebuah nisan bertuliskan “Rainy Salsabila” . Nama istrinya, nama wanita yang pertama kali dia lihat di sebelah rumahnya, nama wanita yang tidak mengenalinya padahal rumah mereka berseberangan, nama wanita yang bersamanya dari dia berumur 18 tahun, nama wanita yang sudah dikenalnya selama 12 tahun, nama wanita yang meninggalkannya 7 tahun lalu.

Eklampsia. gejala kelanjutan dari penyakit pre eklampsia yang ternyata dapat diturunkan. Ari tak pernah tahu jika ibu dari Rain memang mengidap pre eklampsia. Keadaan dimana tekanan darah menjadi sangat tinggi, kejang, koma hingga kematian pada wanita hamil. Dan ternyata penyakit itu yang akhirnya merenggut Rain setelah koma selama 4 hari dengan membawa buah hatinya.

“ Rain… Hujanku. Hujan bulan juni yang menyejukkanku. Hujan bulan juni dengan keceriannya. Aku merindukanmu… Aku merindukan Hujan bulan juni ku “

Ari suka sekali memanggil Rainy dengan Rain. Menyamakannya dengan hujan. kulit putih dan wajah menyejukkan Rain membuat Ari menjulukinya Hujan Bulan Juni. Hujan yang hanya datang sesekali, Hujan yang datang di saat kemarau panjang bulan Juni, dan sekarang di setiap harinya Ari merindukan Hujannya. Merindukan hujan bulan juni nya.

***

Komentar

Postingan Populer