Bukan Punggungmu


Hari ini aku memperhatikan punggungmu, punggung yang tanpa kau sadari telah kujadikan tempat memikul segala beban yang ku punya, punggung yang selalu kucari saat aku merasa sendiri di dunia ini, punggung yang entah sudah berapa kali aku peluk dalam diam agar aku merasa tenang.

Aku mencoba meraba punggung itu, punggung seperti rumah sebenarnya, bahkan mungkin lebih nyaman. Punggungmu menjalarkan sebuah kehangatan tanpa kembalian. Punggungmu menghantarkan cinta tanpa pinta. Punggungmu mengantarkan damai tanpa derai.

Kuraba turun dan kudapati lekuk perutmu yang selalu menjadi sasaran kekesalanku, dengan cubitan menyakitkan ataupun pukulan telak tak pernah membuatmu marah. Lekuk itu tempat tersempurna untuk melingkarkan kedua tanganku dan mencengkeram baju mu agar segala lelah dan pikiranku berangsur terganti dengan tenang.

Mataku tak hentinya melekat pada puncak punggungmu atau pundakmu, tempat itu lebih dari sempurna, tempat itu lebih dari nyaman, tempat itu adalah surga bagi kepalaku untuk menyandarkan segala hal yang kuanggap mengganggu, tempat itu adalah surga untuk gigitan kecil yang membuatmu mengaduh tapi membuatku tersenyum lebar, tempat dimana aku lupa akan segala masalahku.

Tak berapa lama kamu berpaling kearahku, menjalarkan kehangatan dari senyummu. Kini aku baru sadar bukan punggungmu yang memberi itu semua, bukan, tapi dirimu. Punggungmu hanya sebuah bagian terkecil yang membuat aku merasa sempurna, punggungmu hanya sebuah sudut yang selalu kurindukan darimu. Karena sebenarnya yang selalu memberiku nyaman, memberiku tenang, memberiku senyuman, memberiku cinta, memberiku kehangatan, memberiku damai adalah kamu, bukan punggungmu.

Komentar

Postingan Populer